Senin, 19 Agustus 2019

CARA BERFIKIR SEJARAH



Konsep Manusia, Ruang dan Waktu dalam Sejarah
Jika kita kembali membaca definisi-definisi tentang sejarah, dalam sejarah terdapat tiga unsur penting, yaitu manusia, ruang dan waktu. Dalam semua peristiwa atau kejadian, manusia adalah pelaku dari semuanya. Peran manusia sangat menentukan dalam setiap peristiwa sehingga setiap kajian tentang peristiwa akan selalu melibatkan manusia di dalamnya. Sejarah yang kita jadikan pengetahuan atau sebagai bahan kajian adalah sejarahnya manusia.
Peristiwa ataupun kejadian dari masa yang lalu selalu berlangsung dalam batasan ruang atau tempat tertentu. Unsur ruang yang menjadi tempat terjadinya peristiwa akan memberikan gambaran jelas kepada kita bahwa peristiwa itu memang ada dan nyata.
Adapun waktu akan menjadi batasan temporal dari setiap peristiwa yang telah terjadi atau perjalanan hidup manusia. Sejarah manusia tidak dapat terlepas dari waktu. Hal tersebut akan dijelaskan lebih lanjut dalam uraian tentang konsep diakronik dalam sejarah. Hanya manusia yang memiliki kesadaran akan waktu sehingga hanya manusia yang mempunyai sejarah. Konsep waktu dalam sejarah meliputi dua hal yaitu:
1. Proses keberlangsungan dari suatu peristiwa dalam batasan waktu tertentu
2. Kesatuan kelangsungan waktu yaitu waktu pada masa yang lampau, sekarang dan masa                    yang akan datang.

Contoh konsep manusia, ruang dan waktu:

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945


Gambar I
Unsur manusia atau pelaku peristiwa, sukarno sebagai pembaca naskah proklamasi, di sebelahnya tampak Drs. Mohammad Hatta, dan sejumlah tokoh lainnya, seprti Daidancho Latief Hendra Ningrat selaku penanggung jawab keamanan (paling kanan). Ruang, bahwa peristiwa tersebut berlangsung di halaman rumah Sukarno di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta (kini berdiri Tugu Proklamasi). Adapun waktu menyangkut kapan peristiwa tersebut berlangsung yaitu 17 Agustus 1945

Cara Berfikir Kronologis Dalam Mempelajari Sejarah
Sejarah mengajarkan kepada kit acara berfikir kronologis, artinya berpikirlah secara runtut, teratur, dan berkesinambungan. Konsep kronologis akan memberikan kepada kita gambaran yang utuh tentang peristiwa atau perjalanan sejarah dari tinjauan aspek tertentu. Tujuannya agar kita dapat dengan mudah menarik manfaat dan makna dari hubungan antarperistiwa yang terjadi.
Adapun dalam kehidupan sehari-hari, konsep berpikir kronologis ini sangat diperlukan jika kita ingin memecahkan masalah. Tanpa berpikir secara runtut dan berkesinambungan dalam mengidentifikasi suatu permasalahan, kita akan dihadapkan pada pemecahan masalah atau pemberian solusi yang tidak tepat.
Dalam sejarah dikenal kronologi, yang secara etimologis berasal dari Bahasa Yunani, yaitu chronoss dan logos. Hal ini sama dengan pengertian sebelumnya bahwa chromoss adalah waktu, sedangkan logos adalah “uraian” atau “ilmu”. Jadi kronologi adalah ilmu tentang waktu yang membantu untuk menyusun peristiwa atau kejadian-kejadian sejarah sesuai urutan waktu terjadinya. Peristiwa sejarah diawali sejak keberadaan pembagian waktu dalam sejarah yang dapat ditinjau dari berbagai aspek.
Cara berpikir kronologis dapat mempermudah kita dalam melakukan rekontruksi terhadap semua peristiwa masa lalu dengan tepat. Kronologi sangat penting agar terhindar dari anakronisme. Anakronisme adalah ketidakcocokan dengan zaman tertentu. Kronologi juga membantu kita agar dengan mudah dapat menghubungkan dan membandingkan peristiwa sejarah yang terjadi di suatu tempat yang berbeda, tepai dalam waktu yang sama. Contohnya, pada Agustus 1945, pihak sekutu menjatuhkan bom atom di Hirosima dan Nagasaki mengakibatkan kekalahan Jepang. Pada bulan dan tahun yang sama, bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya.

Cara Berfikir Diakronik dalam Mempelajari Sejarah
Secara etimologis, kata diakronik berasal dari Bahasa Yunani, yaitu dia dan chronoss. Dia mempunyai arti “melintas”, “melampaui”, atau “melalui”, sedangkan chromoss berarti waktu. Jadi, diakronik berarti sesuatu yang melintas, melalui, dan melampaui dalam batas waktu.
Jika dikaitkan dengan sejarah, sesuatu yang dapat melintas, melalui, atau melampaui tersebut adalah peristiwa atau kejadian. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa sejarah merupakan kumpulan peristiwa. Setiap peristiwa yang terjadi tersebut dibatasi oleh waktu. Contohnya sebagai berikut:
1. Masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk berlangsung antara tahun 1350-1389
2. Perang Diponogoro (Perang Jawa) berlangsung antara tahun 1825-1830
3. Penjajahan Jepang di Indonesia berlangsung antara tahun 1942-1945
4. Belanda menyerah kepada Jepang di Kalijati, Subang, Jawa Barat, pada 8 Maret 1942

Cara berfikir diakronik akan mengajarkan kepada kita untuk lebih teliti dalam mengamati gejala atau fenomena tertentu, terhadap peristiwa atau kejadian pada waktu yang tertentu. Masih berhubungan dengan pembatasan waktu, sejarah mengenal istilah periodisasi, yakni pengklasifikasian peristiwa-peristiwa sejarah dalam tahap-tahap dan pembabakan tertentu.
Sebelum menyusun periodisasi, para sejarawan akan membuat klasifikasi peristiwa yang akan menjadi kajiannya, dan membuat kesimpulan-kesimpulan pada setiap periode. Periodisasi dalam sejarah diperlukan karena penting bagi kita agar dapat mengadakan tinjauan secara menyeluruh terhadap peristiwa-peristiwa yang telah terjadi dan saling berhubungan dalam berbagai aspek.


                                                                                          Gambar II
Awan cendawan akibat ledakan bom atom di Kota Hirosima pada tanggal 6 Agustus (kiri) dan Nagasaki pada 9 Agustus (kanan), Jepang, tahun 1945. Kedua peristiwa menyebabkan Jepang menyerah kepada sekutu dan Indonesia dapat memproklamasikan kemerdekaannya

Sebagai contoh periodisasi yang akan dibuat berkaitan dengan perkembangan sejarah kebudayaan secara umum, maka akan dibuat dua eriode perkembangan kebudayaan sebagai berikut.
1. Zaman paraaksara yang juga disebut dengan zaman prasejarah adalah zaman yang dimulai
    sejak manusia belum mengenal tulisan hingga ditemukannya tulisan
2. Zaman aksara atau disebut juga dengan zaman sejarah yaitu zaman ketika manusia sudah 
    mengenal tulisan hingga sekarang

Dari kedua zaman yang telah di klasifikasikan ini, dapat dilakukan rekontruksi terhadap tahap-tahap perkembangan kebudayaan yang berlangsung dalam masyarakat tertentu. Periodisasi dalam penulisan sejarah dapat dilakukan dengan banyak klasifikasi berdasarkan sejumlah aspek dalam kehidupan manusia, seperti perkembangan system politik, pemerintahan, agama dan kepercayaan, ekonomi dan social budaya. Contoh berikut adalah periodisasi yang dibuat berdasarkan system mata pencarian hidup dalam sejarah Indonesia yaitu :
1. Masa berburu dan meramu
2. Masa bercocok tanam
3. Masa bercocok tanam tingkat lanjut
4. Masa perundagian

Periodisasi yang banyak digunakan untuk memperoleh gambaran tentang keadaan masyarakat, system politik, ekonomi, agama dan kepercayaan adalah pembabakan berdasarkan urutan dinasti suatu kerajaan, seperti yang terdapat pada sejarah bangsa-bangsa di Asia. Di Asia, umumnya kedudukan raja dianggap penting dalam masyarakat, seperti contoh berikut ini. Dinasti yang pernah memerintah Jawa dari masa perkembangan agama dan kebudayaan Hindu-Budhha hingga Islam yaitu :
1. Dinasti (Wangsa) Sanjaya (732-850 M)
2. Dinasti Syailendra (750-900 M)
3. Dinasti Isyana (900-1222 M)
4. Dinasti Girindra (1222-1478 M)
5. Dinasti Demak (1521-1568 M)
6. Dinasti Pajang (1568-1600 M)
7. Dinasti Mataram (1600-1775 M)

Periodisasi bertujuan membuat klasifikasi dalam sejarah sehingga akan memudahkan kita memahami peristiwa-peristiwa sejarah secara kronologis. Melalui periodisasi, kita menjadi mudah untuk memahami hal-hal yang terkait dengan :
1. Perkembangan manusia dari waktu ke waktu
2. Kesinambungan antar periode
3. Kemungkinan terjadinya fenomena yang berulang dan
4. Perubahan yang terjadi dari periode awal hingga ke periode berikutnya

Contoh lainnya adalah periodisasi sejarah Indonesia :
1. Masa praaksara
2. Masa kedatangan dan perkembangan agama dan kebudayaan Hindu-Budhha
3. Masa kedatangan dan perkembangan agama Islam
4. Masa kekuasaan kolonialisme Barat
5. Masa pendudukan Jepang
6. Masa Revolusi
7. Masa Orde Lama
8. Masa Orde Baru
9. Masa Reformasi

Masih berkaitan dengan waktu, dalam sejarah kita juga dikenalkan dengan istilah kronik. Kronik adalah catatan peristiwa menurut urutan waktu kejadiannya. Kronik berupa catatan perjalanan yang ditulis oleh para musafir, pendeta dan pujangga pada masa lalu. Mereka pada umumnya menulis tentang peristiwa, kejadian, hal-hal yang menarik perhatian dan mengesankan yang mereka temui disuatu tempat dan pada waktu tertentu.
Sumber : Buku Sejarah Indonesia Kelas X, Ratna Hapsari & M. Adil, Erlangga

Cara Berfikir Sinkronik dalam Mempelajari Sejarah

Kata sinkronik berasal dari Bahasa Yunani, yaitu syn yang berarti “dengan”, dan chronoss yang berarti “waktu”. Adapun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, snkronik diartikan sebagai segala sesuatu yang bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi pada suatu masa. Kajian sejarah secara sinkronik artinya mempelajari peristiwa sejarah dengan segala aspeknya pada masa atau waktu tertentu secara mendalam. Lebih lengkapnya dapat dijelaskan bahwa konsep sinkronik dalam sejarah adalah cara mempelajari atau mengkaji, pola-pola, gejala, dan karakter dari sebuah peristiwa sejarah pada masa tertentu. Secara umum, sinkronik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Mengkaji peristiwa sejarah yang terjadi pada masa tertentu
2. Menitikberatkan kajian peristiwa pada pola-pola, gejala, dan karakter
3. Bersifat horizontal
4. Tidak ada konsep perbandingan
5. Cakupan kajian lebih sempit dari diakronik
6. Kajiannya sistematis
7. Sifat kajian mendalam

Dapat dikatakan bahwa sinkronik dalam sejarah adalah kajian yang lebih menitikberatkan pada penelitian gejala-gejala yang meluas dari sebuah peristiwa, tetapi dengan waktu yang terbatas. Contoh, seorang sejarawan ingin menyusun sejarah perekonomian bangsa Indonesia pada zaman Jepang. Hal yang akan dia lakukan adalah meneliti gejala atau fenomena perkembangan kehidupan ekonomi bangsa Indonesia yang terjadi pada masa pendudukan Jepang itu saja. Tidak ada tulisan yang membandingkan dengan kondisi ekonomi masa pendudukan Jepang di tempat lain. Jika menerapkan konsep sinkronik, sejarawan tersebut hanya akan mengamati semua yang terkait dengan masalah perekonomian tersebut secara mendalam dan terstruktur.

Konsep Perubahan dan Keberlanjutan dalam Sejarah
Perubahan adalah peristiwa atau kejadian yang membuat perbedaan. Perubahan dapat terjadi secara cepat atau lambat. Contoh perubahan yang terjadi secara cepat adalah peristiwa pengeboman Kota Hirosima dan Nagasaki pada 6 dan 9 Agustus 1945. Kejadian tersebut membuat Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945. Perubahan juga dapat terjadi secara lambat. Contohnya, penerapan politik etis di Hindia Belanda mendorong kebangkitan nasional Indonesia pada awal abad XX.
Adapun keberlanjutan adalah kebalikan dari perubahan, yaitu suatu keadaan yang telah berlangsung lama. Contohnya, Wangsa Syailendra berkuasa di Jawa selama sekitar 250 tahun. Keberlanjutan berlangsung secara garis lurus sampai terjadi perubahan sehingga berlangsung secara zig-zag.
Perubahan dan keberlanjutan dapat kita ketahui dengan cara membandingkan dua atau lebih peristiwa atau keadaan pada masa lalu. Selain itu, perbandingan juga dapat dilakukan antara dua atau lebih peristiwa masa lalu dan peristiwa masa kini. Contohnya, untuk mengetahui perkembangan Bahasa Indonesia, kita dapat membandingkan kebijakan pemerintah kolonial Belanda dengan pemerintah pendudukan Jepang. Selain itu kita juga dapat membandingkan perkembangan Bahasa Indonesia pada masa kebangkitan nasional dengan masa sekarang.
Periodisasi adalah cara untuk menandai perubahan dan keberlanjutan dalam sejarah. Periode sejarah ditentukan oleh perubahan penting. Adapun keberlanjutan menghubungkan periode-periode dalam sejarah. Sebagai contoh, periodisasi dalam sejarah Indonesia dari masa praaksara hingga masa Islam. Perubahan penting yang menandainya adalah bangsa Indonesia mulai mengenal tulisan sekitar abad IV M.
Hal tersebut dibuktikan oleh temuan Yupa. Bangsa Indonesia pun mulai meninggalkan masa prasejarahnya. Selanjutnya, masa Hindu-Budhha dimulai. Hal ini ditandai berdirinya kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha. Masa Hindu-Buddha kemudian digantikan masa Islam yang ditandai berdirinya kerajaan-kerajaan Islam. Masa praaksara, masa Hindu-Budhha, dan masa Islam merupakan keberlanjutan dalam sejarah Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar