Jumat, 30 Agustus 2019

Cristopolus Colombus



Columbus yang disponsori Ratu Isabella dari Spanyol berniat pergi berlayar untuk menemukan jalan baru menuju India. Namun, dalam perjalanannya, Columbus salah mendarat bukan di India tetapi di sebuah daerah baru yang membuat namanya mengisi lembar sejarah. Columbus lahir di Genoa, Italia pada 1451 dan tak banyak diketahui soal masa-masa awal kehidupan sang penjelajah ini. Namun, diyakini di masa mudanya Columbus bekerja sebagai pelaut sebelum kemudian menjadi pengusaha pelayaran. Dia lalu terobsesi dengan kemungkinan menjadi pionir pembuka jalan laut dari dunia Barat menuju China, India, dan negeri dongeng penuh rempah serta emas di Asia.
Saat itu bangsa Eropa belum mengenal jalur laut yang langsung menuju ke Asia. Sementara jalur laut lewat Mesir dan Laut Merah ditutup Kekhalifahan Ottoman, demikian juga jalan darat. Baca: Hari Ini dalam Sejarah: Lawrence of Arabia Meninggal Dunia Satu hal yang mungkin bertentangan dengan legenda populer bahwa kelompok-kelompok terpelajar Eropa saat itu sudah yakin bahwa Bumi itu berbentuk bulat. Sementara itu, Columbus dan banyak orang lainnya, menyepelekan ukuran Bumi. Dalam perhitungan mereka, Asia Timur terletak di lokasi Amerika Utara berada. Saat itu, banyak bangsa Eropa yang belum mengetahui keberadaan Samudera Pasifik dan benua Amerika. Dalam benak Columbus, hanya Samudera Atlantik adalah satu-satunya penghalang antara Eropa dan Asia yang kaya. Itulah sebabnya Columbus kemudian menghadap Raja John II dari Portugal untuk membujuknya agar bersedia membiayai perjalannya ke Asia.
Raja Portugal itu menolak dan Columbus berpaling ke Spanyol dengan tujuan yang sama. Namun, dia dua kali ditolak Raja Ferdinand dan Ratu Isabella yang saat itu sedang sibuk berperang melawan bangsa Moor yang menduduki Granada. Namun, ketika Spanyol sukses mengusir bangsa Moor dari Granada pada Januari 1492, Raja Ferdinand dan Ratu Isabella bersedia membiayai perjalanan Columbus. Begitulah, pada 3 Agustus 1492, Columbus bertolak dari kota Palos dengan bermodalkan tiga kapal kecil yaitu Santa Maria, Pinta, dan Nina. Pada 12 Oktober 1492, armada Columbus melihat daratan, kemungkinan adalah Pulau Watling di Bahama. Columbus dan rombongannya mendarat di pulau itu pada hari yang sama dan mengklaim daratan tersebut menjadi milik Spanyol. Masih di bulan yang sama,
Columbus melihat Kuba yang disangkanya adalah daratan China. Pada Desember, ekspedisi Columbus mendarat di Pulau Hispaniola, yang kini menjadi Haiti dan Republik Dominika. Saat itu, Columbus menduga dia sudah tiba di kepulauan Jepang. Di "Jepang" ini Columbus mendirikan permukiman dengan 39 anak buahnya sebagai penduduk pertama. Columbus kemudian kembali ke Spanyol membawa emas, rempah, dan orang-orang "Indian" yang ditangkapnya sepanjang perjalanan. Kepulangannya dengan membawa banyak bukti itu membuat Columbus diganjar penghargaan tertinggi dari Kerajaan Spanyol. Dia bahkan diberi pangkat "Laksamana Samudera" dan mendapatkan kesempatan ekspedisi keduanya. Kali ini dengan 17 kapal yang lebih besar dan mengangkut 1.500 orang, Columbus bertolak dari pelabuhan Cadiz pada September 1493 untuk memulai ekspedisi Dunia Baru-nya yang kedua.
Saat kembali ke Hispaniola, Columbus menemukan permukiman yang didirikannya hancur dan seluruh penduduknya tewas dibunuh warga asli pulau itu.  Meski demikian Columbus mendirikan permukiman kedua di Hispaniola. Baca: Hari Ini dalam Sejarah: Bapak Sosialisme Karl Marx Lahir Dia kemudian melanjutkan perjalanannya dan tiba di daratan yg kini dikenal sebagai Puerto Riko, Jamaika, dan beberapa pulau kecil di Karibia. Pada Juni 1496, Columbus kembali ke Spanyol tetapi disambut kurang hangat karena keuntungan yang dibawanya lebih kecil ketimbang biaya yang dikeluarkan. Meski demikian, Raja Ferdinand dan Ratu Isabella yang masih ingin meraup kekayaan Asia kembali setuju membiayai ekspedisi ketiga Columbus meski jumlahnya lebih kecil. Dengan perintah harus menemukan jalan ke India, pada Mei 1498 Columbus kembali meninggalkan Spanyol kali ini membawa enam kapal. Tiga kapal berisi calon penghuni tanah baru dan tiga kapal lainnya berisi perbekalan untuk penduduk koloni Hispaniola. Kali ini Columbus mendarat di Trinidad, lalu masuk ke Teluk Paria di Venezuela, dan mengibarkan bendera Spanyol di Amerika Selatan. Saat mengamati Sungai Orinoco, saat ini berada di Venezuela, Columbus mulai berpikir bahwa dia sebenarnya telah menemukan benua baru.
Columbus, yang sangat religius itu, setelah berpikir keras dia meyakini tanah yang dipijaknya saat itu adalah wilayah terluar Taman Firdaus. Saat kembali ke Hispaniola, Columbus menemukan bahwa kondisi koloni itu sangat buruk di bawah pengelolaan dua saudaranya Diego dan Bartolomeus. Upayanya memulihkan ketertiban diwarnai kekerasan yang ditentang baik para penduduk koloni maupun ketua suku Taino. Pada 1500, kabar itu sampai di telinga Raja dan Ratu Spanyol yang kemudian mengirim hakim agung Francisco de Bobadilla untuk menyelediki masalah tersebut. Setelah melakukan investigasi, hakim Bobadilla mengirim pulang Columbus dan saudaranya dalam kondisi dirantai. Namun, tak lama setibanya di Spanyol, Columbus dibebaskan dan bahkan Raja Ferdinand dan Ratu Isabella bersedia membiayai ekspedisi keempat Columbus. Kali ini Columbus menjanjikan surga dunia dan dunia emas yang pernah ditemukannya. Columbus juga berjanji tetap mencari jalan menuju India. Pada Mei 1502, Columbus berangkat dari Cadiz untuk menjalani ekspedisi terakhirnya mencari "Dunia Baru". Columbus kembali mampir di Hispaniola meski hal itu tak disetujui Kerajaan Spanyol. Dia kemudian menyusuri pesisir Amerika Tengah mencari jalan menuju India sekaligus mencari emas. Baca: Hari Ini dalam Sejarah: Titanic Tenggelam dalam Pelayaran Perdana Upaya itu berakhir dengan kegagalan dan saat hendak kembali ke Hispaniola kapal-kapal Columbus dalam kondisi yang sangat buruk sehingga terpaksa mendarat di Jamaika. Columbus dan anak buahnya terdampar di Jamaika tetapi dua kaptennya berhasil mengayuh perahu sejauh 720 kilometer menuju ke Hispaniola. Meski demikian, Columbus harus menunggu hingga satu tahun lamanya sebelum kapal penjemput tiba. Pada November 1504, Columbus kembali ke Spanyol. Tiga pekan kemudian salah seorang sponsor utamanya Ratu Isabella meninggal dunia. Meski mendapatkan cukup kekayaan dari hasil emas Hispaniola selama beberapa tahun terakhir hidupnya, Columbus terus menerus gagal menghadap Raja Ferdinand.
Pada 20 Mei 1506, Columbus wafat di Valladolid, Spanyol. Awalnya, jenazah Columbus dimakamkan di kota itu. Namun, atas permintaan putranya Diego Colon yang juga adalah gubernur Hispaniola, jenazah Columbus dipindhkan ke biara La Cartuja, Sevilla. Pada 1542, jasad Columbus kemudian dipindahkan ke koloni Santo Domingo, kini Republik Dominika. Saat Perancis merebut Hispaniola pada 1795, sisa-sisa kerangka Columbus dipindahkan ke Havana, Kuba. Setelah Kuba menjadi negara merdeka pada 1989, kerangka Colombus dipindahkan lagi ke Spanyol dan disemayamkan di Katedral Sevilla. Begitulah, Columbus sang penjelajah, terus bertualang hingga jenazah dan tulang belulangnya pun tak berenti bertualang. 



Kamis, 29 Agustus 2019

PERLAWANAN BANGSA INDONESIA TERHADAP PENJAJAHAN BANGSA EROPA HINGGA AWAL ABAD XX




A.    Berbagai Kebijakan Pemerintahan Kolonial yang Memicu Perlawanan Lokal

1.    Kebijakan Portugis
a.    Monopoli Perdagangan rempah-rempah
u  Pasar monopoli adalah suatu bentuk pasar di mana hanya terdapat satu penjual yang menguasai pasar. Penentu harga pada pasar ini adalah seorang penjual atau sering disebut sebagai "monopolis“
u  Faktor internal berkontribusi terhadap gagalnya praktik monopoli portugis di malaka:
v  Kekurangan dana
v  Keterbatasan personel atau prajurit
v  Perilaku koruptif pejabat-pejabat portugis (turut berdagang untuk kepentingan pribadinya )
u  Faktor eksternal berkontribusi terhadap gagalnya praktik monopoli portugis di malaka:
Perlawanan yang dilakukan oleh Kesultanan Johor dan Kesultanan Aceh


Gambar 1.1
Bangsa Portugis saat di Indonesia

Portugis melakukan ekspedisi penyelidikan sumber rempah-rempah ke wilayah Hindia Timur, yaitu kepulauan Maluku, dibawah pimpinan Francisco Serrao. Pada tahun yang sama, bangsa portugis juga berupaya menjalin persekutuan dengan Kerajaan Sunda Pajajaran. Persekutuan ini awalnya atas inisiatif Kerajaan Pajajaran. Tujuan utamanya adalah mendapatkan perlindungan portugis terhadap ancaman ekspansi Kesultanan Demak ke Pajajaran. Sebagai imbalannya, Kerajaan Pajajaran memberi kebebasan kepada bangsa portugis untuk menerapkan monopoli perdagangan lada di wilayah kekuasaannya, terutama di Pelabuhan Sunda Kelapa.

b.    Penyebaran  agama Katolik
Isu Kontroversial hingga sekarang adalah penyebaran agama Katolik oleh Misionaris Portugis di tengah komunitas Islam yang telah mengakar seperti Maluku. Salah satu hipotesis menyatakan jika agama menjadi salah satu pemicu, tentu sejak awal Ternate tidak akan menjalani persekutuan dengan bangsa Potugis. Sebab, bagaimanapun bangsa Portugis memang membawa misi penyebaran agama.
Sementara itu hipotesis lain menyatakan Ternate baru menyadari adanya misi eagamaan Portugis dikemudian hari, kerena agama Islam telah mengakar di kedua kesultanan itu, mungkin saja penyebaran agama katolik menjadi faktor lain yang melatar belakangi perlawanan

2.    Kebijakan VOC dan Pemerintahan Kolonial Belnda
a.    Monopoli Perdagangan Rempah-rempah
Dengan monopoli harga dan jumlah komoditas dagang, seperti rempah-rempah, ditentukan VOC (Belanda). VOC menerapkan kebijakan ekstirpasi  (membakar/memusnahkan rempah2 yg harga jualnya rendah/sudah terlalu banyak) dan pelayaran hongi (suatu sistem keamanan yang digunakan Belanda untuk mengawasi, menjaga, dan mencegah terjadinya pelanggaran atas perdagangan rempah2 di Indonesia). Dampak kebijakan ekstirpasi dan pelayaran hongi  :
u  Runtuhnya wibawa dan martabat raja-raja pribumi karena wilayahnya dikuasai
u  Raja-raja diasingkan akibat menolak kebijakan VOC
u  Kerajaan dipecah belah

b.    Campur Tangan Terhadap Masalah Internal Kerajaan
Campur tangan (intervensi) terhadap masalah internal kerajaan merupakan bagian dari upaya melancarkan monopoli perdagangan. Campur tangan umumnya terjadi ketika terjadi perebutan takhta di dalam istana.
Dalam hal tersebut VOC akan berupaya memperuncing persoalan atau melakukan politik pecah belah dengan memihak salah satu kubu yang bersedia bekerjasama dengan VOC, yaitu :
u  mengakui kebijakan monopoli VOC
u  mengizinkan VOC menguasai sebagain wilayah kerajaan
u  menyerahkan kedaulatan kepada VOC sebagaimana pernah terjadi di Surakarta pada tahun 1749
u  Mendapat dukungan militer dan finansial VOC besar
u  Pengangkatan pejabat-pejabat keratin
u  Penentuan kebijakan ekonomi-politik kerajaan
u  Perebutan takhta kekuasaan

c.    Ekspansi wilayah demi melancarkan kebijakan pintu terbuka
Ekspansi adalah peningkatan aktivitas ekonomi dan pertumbuhan dunia usaha.
Politik Pintu Terbuka ialah pemberlakukan politik kolonial liberal di negara Indonesia. Dalam kebijakan politik pintu terbuka ini, pemerintahan Belanda berpendapat bahwa pemerintah hanya berperan sebagai pengawas dalam bidang ekonomi, sedangkan pihak swasta berperan dalam kegiatan ekonomi di negara Indonesia.
Sejak kebijakan pintu terbuka diberlakukan pada tahun 1870, Belanda gencar melakukan ekspansi ke wilayah-wilayah kerajaan yang sebelumnya merdeka. Wilayah yang ingin dikuasai Belanda yaitu Tapanuli yang menjadi wilayah kerajaan batak dan Kalimantan bagian selatan yang menjadi wilayah kekuasaan kesultanan Banjar. Termasuk dalam wilayah tapanuli adalah simalungun, tanah karo, angkola, sipirok, dan mandailing. Tujuannya untuk dijadikan lahan bagi perkebunan-perkebunan besar swasta asing serta memudahkan eksploitasi bahan galian mineral.

Gambar 1.2
Perang Aceh

Semakin digencarkan belanda sejak tahun 1870 karena atas penguasaan atas wilayah-wilayah. Ekspansi ini mendapat perlawanan sengit dari kerajaan batak dan kesultanan aceh. Bagi kedua kerajaan ini perang dengan Belanda tidak hanya mempertaruhkan kepentingan ekonomi-politik semata, tetapi juga martabat dan harga diri kerajaan

d.    Arogansi Benda Terhadap Kerajaan Pribumi
Perang terhadap Belanda juga dilancarkan karena arogansi serta kesewenang-wenangan Belanda terhadap bangsawan dan raja-raja pribumi. Belanda kerap memperlakukan para bangsawan dan raja pribumi sebagai bawahan. Adat istiadat, kebiasaan, aturan, serta hak istimewa mereka tidak dihormati oleh Belanda.  Contohnya : perang Diponogoro pada tahun 1825 – 1930 dan perlawanan kerajaan-kerajaan di Bali pada tahun 1846 - 1849



Gambar 1.3
Perang DIponogoro

 

Gambar 1.4
Perlawanan Kerajaan-kerajaan di Bali

e.    Praktik Diskriminasi Terhadap Penduduk Pribumi
Pada Masa Kolonial penduduk Indonesia digolong-golongkan atas dasar ras, dar yang paling tinggi status sosialnya (orang Eropa) sampai yang paling rendah (penduduk pribumi)
u  Golongan Eropa
u  Golongan Indo (keturunan campuran pribumi dan Eropa)
u  Golongan keturunan Timur Asing (Tiongkok, India, dan Arab)
u  Golongan Pribumi (Indonesia) atau inlander : Golonga Bangsawan/Ningrat dan Golongan Rakyat Biasa



Gambar 1.5
Pendidikan Pada Masa Kolonialisme


f.     Penderitaan Rakyat Akibat Sistem Tanam Paksa, Kebijakan Pintu Terbuka, serta Politik Etis
Rakyat Jelata adalah mereka yang paling merasakan dampak negative dari berbagai kebijakan Belnda, seperti monopoli perdagangan, pajak, tanam paksa kebijakan pintu terbuka, dan politik etis.
Kebijakan Tanam Paksa, menjadi penyebab terjadinya kelaparan hebat di Cirebon (Jawa Barat) pada tahun 1843 dan di Jawa Tengah, seperti di daerah Grobongan, antara tahun 1848 – 1850


Gambar 1.6
Tanam Paksa yang dialami oleh Masyarakat IndonesiaHasil gambar untuk perlawanan kerajaan bali,Hasil gambar untuk perlawanan kerajaan bali

Senin, 19 Agustus 2019

CARA BERFIKIR SEJARAH



Konsep Manusia, Ruang dan Waktu dalam Sejarah
Jika kita kembali membaca definisi-definisi tentang sejarah, dalam sejarah terdapat tiga unsur penting, yaitu manusia, ruang dan waktu. Dalam semua peristiwa atau kejadian, manusia adalah pelaku dari semuanya. Peran manusia sangat menentukan dalam setiap peristiwa sehingga setiap kajian tentang peristiwa akan selalu melibatkan manusia di dalamnya. Sejarah yang kita jadikan pengetahuan atau sebagai bahan kajian adalah sejarahnya manusia.
Peristiwa ataupun kejadian dari masa yang lalu selalu berlangsung dalam batasan ruang atau tempat tertentu. Unsur ruang yang menjadi tempat terjadinya peristiwa akan memberikan gambaran jelas kepada kita bahwa peristiwa itu memang ada dan nyata.
Adapun waktu akan menjadi batasan temporal dari setiap peristiwa yang telah terjadi atau perjalanan hidup manusia. Sejarah manusia tidak dapat terlepas dari waktu. Hal tersebut akan dijelaskan lebih lanjut dalam uraian tentang konsep diakronik dalam sejarah. Hanya manusia yang memiliki kesadaran akan waktu sehingga hanya manusia yang mempunyai sejarah. Konsep waktu dalam sejarah meliputi dua hal yaitu:
1. Proses keberlangsungan dari suatu peristiwa dalam batasan waktu tertentu
2. Kesatuan kelangsungan waktu yaitu waktu pada masa yang lampau, sekarang dan masa                    yang akan datang.

Contoh konsep manusia, ruang dan waktu:

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945


Gambar I
Unsur manusia atau pelaku peristiwa, sukarno sebagai pembaca naskah proklamasi, di sebelahnya tampak Drs. Mohammad Hatta, dan sejumlah tokoh lainnya, seprti Daidancho Latief Hendra Ningrat selaku penanggung jawab keamanan (paling kanan). Ruang, bahwa peristiwa tersebut berlangsung di halaman rumah Sukarno di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta (kini berdiri Tugu Proklamasi). Adapun waktu menyangkut kapan peristiwa tersebut berlangsung yaitu 17 Agustus 1945

Cara Berfikir Kronologis Dalam Mempelajari Sejarah
Sejarah mengajarkan kepada kit acara berfikir kronologis, artinya berpikirlah secara runtut, teratur, dan berkesinambungan. Konsep kronologis akan memberikan kepada kita gambaran yang utuh tentang peristiwa atau perjalanan sejarah dari tinjauan aspek tertentu. Tujuannya agar kita dapat dengan mudah menarik manfaat dan makna dari hubungan antarperistiwa yang terjadi.
Adapun dalam kehidupan sehari-hari, konsep berpikir kronologis ini sangat diperlukan jika kita ingin memecahkan masalah. Tanpa berpikir secara runtut dan berkesinambungan dalam mengidentifikasi suatu permasalahan, kita akan dihadapkan pada pemecahan masalah atau pemberian solusi yang tidak tepat.
Dalam sejarah dikenal kronologi, yang secara etimologis berasal dari Bahasa Yunani, yaitu chronoss dan logos. Hal ini sama dengan pengertian sebelumnya bahwa chromoss adalah waktu, sedangkan logos adalah “uraian” atau “ilmu”. Jadi kronologi adalah ilmu tentang waktu yang membantu untuk menyusun peristiwa atau kejadian-kejadian sejarah sesuai urutan waktu terjadinya. Peristiwa sejarah diawali sejak keberadaan pembagian waktu dalam sejarah yang dapat ditinjau dari berbagai aspek.
Cara berpikir kronologis dapat mempermudah kita dalam melakukan rekontruksi terhadap semua peristiwa masa lalu dengan tepat. Kronologi sangat penting agar terhindar dari anakronisme. Anakronisme adalah ketidakcocokan dengan zaman tertentu. Kronologi juga membantu kita agar dengan mudah dapat menghubungkan dan membandingkan peristiwa sejarah yang terjadi di suatu tempat yang berbeda, tepai dalam waktu yang sama. Contohnya, pada Agustus 1945, pihak sekutu menjatuhkan bom atom di Hirosima dan Nagasaki mengakibatkan kekalahan Jepang. Pada bulan dan tahun yang sama, bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya.

Cara Berfikir Diakronik dalam Mempelajari Sejarah
Secara etimologis, kata diakronik berasal dari Bahasa Yunani, yaitu dia dan chronoss. Dia mempunyai arti “melintas”, “melampaui”, atau “melalui”, sedangkan chromoss berarti waktu. Jadi, diakronik berarti sesuatu yang melintas, melalui, dan melampaui dalam batas waktu.
Jika dikaitkan dengan sejarah, sesuatu yang dapat melintas, melalui, atau melampaui tersebut adalah peristiwa atau kejadian. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa sejarah merupakan kumpulan peristiwa. Setiap peristiwa yang terjadi tersebut dibatasi oleh waktu. Contohnya sebagai berikut:
1. Masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk berlangsung antara tahun 1350-1389
2. Perang Diponogoro (Perang Jawa) berlangsung antara tahun 1825-1830
3. Penjajahan Jepang di Indonesia berlangsung antara tahun 1942-1945
4. Belanda menyerah kepada Jepang di Kalijati, Subang, Jawa Barat, pada 8 Maret 1942

Cara berfikir diakronik akan mengajarkan kepada kita untuk lebih teliti dalam mengamati gejala atau fenomena tertentu, terhadap peristiwa atau kejadian pada waktu yang tertentu. Masih berhubungan dengan pembatasan waktu, sejarah mengenal istilah periodisasi, yakni pengklasifikasian peristiwa-peristiwa sejarah dalam tahap-tahap dan pembabakan tertentu.
Sebelum menyusun periodisasi, para sejarawan akan membuat klasifikasi peristiwa yang akan menjadi kajiannya, dan membuat kesimpulan-kesimpulan pada setiap periode. Periodisasi dalam sejarah diperlukan karena penting bagi kita agar dapat mengadakan tinjauan secara menyeluruh terhadap peristiwa-peristiwa yang telah terjadi dan saling berhubungan dalam berbagai aspek.


                                                                                          Gambar II
Awan cendawan akibat ledakan bom atom di Kota Hirosima pada tanggal 6 Agustus (kiri) dan Nagasaki pada 9 Agustus (kanan), Jepang, tahun 1945. Kedua peristiwa menyebabkan Jepang menyerah kepada sekutu dan Indonesia dapat memproklamasikan kemerdekaannya

Sebagai contoh periodisasi yang akan dibuat berkaitan dengan perkembangan sejarah kebudayaan secara umum, maka akan dibuat dua eriode perkembangan kebudayaan sebagai berikut.
1. Zaman paraaksara yang juga disebut dengan zaman prasejarah adalah zaman yang dimulai
    sejak manusia belum mengenal tulisan hingga ditemukannya tulisan
2. Zaman aksara atau disebut juga dengan zaman sejarah yaitu zaman ketika manusia sudah 
    mengenal tulisan hingga sekarang

Dari kedua zaman yang telah di klasifikasikan ini, dapat dilakukan rekontruksi terhadap tahap-tahap perkembangan kebudayaan yang berlangsung dalam masyarakat tertentu. Periodisasi dalam penulisan sejarah dapat dilakukan dengan banyak klasifikasi berdasarkan sejumlah aspek dalam kehidupan manusia, seperti perkembangan system politik, pemerintahan, agama dan kepercayaan, ekonomi dan social budaya. Contoh berikut adalah periodisasi yang dibuat berdasarkan system mata pencarian hidup dalam sejarah Indonesia yaitu :
1. Masa berburu dan meramu
2. Masa bercocok tanam
3. Masa bercocok tanam tingkat lanjut
4. Masa perundagian

Periodisasi yang banyak digunakan untuk memperoleh gambaran tentang keadaan masyarakat, system politik, ekonomi, agama dan kepercayaan adalah pembabakan berdasarkan urutan dinasti suatu kerajaan, seperti yang terdapat pada sejarah bangsa-bangsa di Asia. Di Asia, umumnya kedudukan raja dianggap penting dalam masyarakat, seperti contoh berikut ini. Dinasti yang pernah memerintah Jawa dari masa perkembangan agama dan kebudayaan Hindu-Budhha hingga Islam yaitu :
1. Dinasti (Wangsa) Sanjaya (732-850 M)
2. Dinasti Syailendra (750-900 M)
3. Dinasti Isyana (900-1222 M)
4. Dinasti Girindra (1222-1478 M)
5. Dinasti Demak (1521-1568 M)
6. Dinasti Pajang (1568-1600 M)
7. Dinasti Mataram (1600-1775 M)

Periodisasi bertujuan membuat klasifikasi dalam sejarah sehingga akan memudahkan kita memahami peristiwa-peristiwa sejarah secara kronologis. Melalui periodisasi, kita menjadi mudah untuk memahami hal-hal yang terkait dengan :
1. Perkembangan manusia dari waktu ke waktu
2. Kesinambungan antar periode
3. Kemungkinan terjadinya fenomena yang berulang dan
4. Perubahan yang terjadi dari periode awal hingga ke periode berikutnya

Contoh lainnya adalah periodisasi sejarah Indonesia :
1. Masa praaksara
2. Masa kedatangan dan perkembangan agama dan kebudayaan Hindu-Budhha
3. Masa kedatangan dan perkembangan agama Islam
4. Masa kekuasaan kolonialisme Barat
5. Masa pendudukan Jepang
6. Masa Revolusi
7. Masa Orde Lama
8. Masa Orde Baru
9. Masa Reformasi

Masih berkaitan dengan waktu, dalam sejarah kita juga dikenalkan dengan istilah kronik. Kronik adalah catatan peristiwa menurut urutan waktu kejadiannya. Kronik berupa catatan perjalanan yang ditulis oleh para musafir, pendeta dan pujangga pada masa lalu. Mereka pada umumnya menulis tentang peristiwa, kejadian, hal-hal yang menarik perhatian dan mengesankan yang mereka temui disuatu tempat dan pada waktu tertentu.
Sumber : Buku Sejarah Indonesia Kelas X, Ratna Hapsari & M. Adil, Erlangga

Cara Berfikir Sinkronik dalam Mempelajari Sejarah

Kata sinkronik berasal dari Bahasa Yunani, yaitu syn yang berarti “dengan”, dan chronoss yang berarti “waktu”. Adapun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, snkronik diartikan sebagai segala sesuatu yang bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi pada suatu masa. Kajian sejarah secara sinkronik artinya mempelajari peristiwa sejarah dengan segala aspeknya pada masa atau waktu tertentu secara mendalam. Lebih lengkapnya dapat dijelaskan bahwa konsep sinkronik dalam sejarah adalah cara mempelajari atau mengkaji, pola-pola, gejala, dan karakter dari sebuah peristiwa sejarah pada masa tertentu. Secara umum, sinkronik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Mengkaji peristiwa sejarah yang terjadi pada masa tertentu
2. Menitikberatkan kajian peristiwa pada pola-pola, gejala, dan karakter
3. Bersifat horizontal
4. Tidak ada konsep perbandingan
5. Cakupan kajian lebih sempit dari diakronik
6. Kajiannya sistematis
7. Sifat kajian mendalam

Dapat dikatakan bahwa sinkronik dalam sejarah adalah kajian yang lebih menitikberatkan pada penelitian gejala-gejala yang meluas dari sebuah peristiwa, tetapi dengan waktu yang terbatas. Contoh, seorang sejarawan ingin menyusun sejarah perekonomian bangsa Indonesia pada zaman Jepang. Hal yang akan dia lakukan adalah meneliti gejala atau fenomena perkembangan kehidupan ekonomi bangsa Indonesia yang terjadi pada masa pendudukan Jepang itu saja. Tidak ada tulisan yang membandingkan dengan kondisi ekonomi masa pendudukan Jepang di tempat lain. Jika menerapkan konsep sinkronik, sejarawan tersebut hanya akan mengamati semua yang terkait dengan masalah perekonomian tersebut secara mendalam dan terstruktur.

Konsep Perubahan dan Keberlanjutan dalam Sejarah
Perubahan adalah peristiwa atau kejadian yang membuat perbedaan. Perubahan dapat terjadi secara cepat atau lambat. Contoh perubahan yang terjadi secara cepat adalah peristiwa pengeboman Kota Hirosima dan Nagasaki pada 6 dan 9 Agustus 1945. Kejadian tersebut membuat Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945. Perubahan juga dapat terjadi secara lambat. Contohnya, penerapan politik etis di Hindia Belanda mendorong kebangkitan nasional Indonesia pada awal abad XX.
Adapun keberlanjutan adalah kebalikan dari perubahan, yaitu suatu keadaan yang telah berlangsung lama. Contohnya, Wangsa Syailendra berkuasa di Jawa selama sekitar 250 tahun. Keberlanjutan berlangsung secara garis lurus sampai terjadi perubahan sehingga berlangsung secara zig-zag.
Perubahan dan keberlanjutan dapat kita ketahui dengan cara membandingkan dua atau lebih peristiwa atau keadaan pada masa lalu. Selain itu, perbandingan juga dapat dilakukan antara dua atau lebih peristiwa masa lalu dan peristiwa masa kini. Contohnya, untuk mengetahui perkembangan Bahasa Indonesia, kita dapat membandingkan kebijakan pemerintah kolonial Belanda dengan pemerintah pendudukan Jepang. Selain itu kita juga dapat membandingkan perkembangan Bahasa Indonesia pada masa kebangkitan nasional dengan masa sekarang.
Periodisasi adalah cara untuk menandai perubahan dan keberlanjutan dalam sejarah. Periode sejarah ditentukan oleh perubahan penting. Adapun keberlanjutan menghubungkan periode-periode dalam sejarah. Sebagai contoh, periodisasi dalam sejarah Indonesia dari masa praaksara hingga masa Islam. Perubahan penting yang menandainya adalah bangsa Indonesia mulai mengenal tulisan sekitar abad IV M.
Hal tersebut dibuktikan oleh temuan Yupa. Bangsa Indonesia pun mulai meninggalkan masa prasejarahnya. Selanjutnya, masa Hindu-Budhha dimulai. Hal ini ditandai berdirinya kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha. Masa Hindu-Buddha kemudian digantikan masa Islam yang ditandai berdirinya kerajaan-kerajaan Islam. Masa praaksara, masa Hindu-Budhha, dan masa Islam merupakan keberlanjutan dalam sejarah Indonesia.